Pada usia 20 hingga 30-an, banyak perempuan mulai menaruh perhatian lebih pada kesehatan tubuh dan masa depan reproduksi mereka. Namun, tak sedikit yang merasa bingung ketika siklus menstruasi tak kunjung teratur, jerawat muncul lebih parah dari biasanya, atau berat badan naik meski sudah berusaha menjaga pola makan. Gejala-gejala ini bisa jadi bukan sekadar keluhan biasa-bisa jadi itu tanda awal dari Polycystic Ovary Syndrome (PCOS), sebuah kondisi yang kerap tak disadari namun berdampak besar pada kesehatan reproduksi perempuan.
Apa itu PCOS?
PCOS adalah gangguan hormonal yang umum terjadi pada perempuan usia subur. Ciri utamanya adalah ketidakseimbangan hormon reproduksi, terutama meningkatnya kadar hormon androgen (hormon laki-laki) yang seharusnya hanya ada dalam jumlah kecil pada tubuh perempuan. Hormon yang tidak seimbang ini menyebabkan gangguan pada proses ovulasi, yaitu pelepasan sel telur dari ovarium.
Pada PCOS, banyak kantung kecil berisi cairan berkembang di sepanjang tepi luar ovarium. Kantung-kantung ini disebut kista. Kista kecil berisi cairan ini mengandung sel telur yang belum matang. Kantung-kantung ini disebut folikel. Folikel-folikel ini tidak dapat melepaskan sel telur secara teratur.
Penyebab pasti PCOS belum diketahui. Diagnosis dan pengobatan dini, serta penurunan berat badan, dapat menurunkan risiko komplikasi jangka panjang seperti diabetes tipe 2 dan penyakit jantung.
Menurut data Mayo Clinic, PCOS dialami oleh sekitar 1 dari 10 perempuan usia produktif. Namun karena gejalanya bervariasi dan sering diabaikan, banyak kasus PCOS tidak terdiagnosis dengan tepat.
Tanda-tanda PCOS yang perlu diwaspadai
Beberapa gejala umum PCOS antara lain:
- Siklus menstruasi tidak teratur, terlalu panjang, terlalu pendek, atau bahkan tidak datang sama sekali
- Jerawat yang parah dan membandel
- Pertumbuhan rambut berlebih di area wajah, dada, atau perut (hirsutisme)
- Rambut rontok seperti pola kebotakan pada pria
- Kenaikan berat badan yang sulit dikendalikan
- Kesulitan untuk hamil
Meski tidak semua perempuan dengan PCOS mengalami seluruh gejala ini, dua atau lebih gejala saja sebaiknya cukup menjadi alarm untuk berkonsultasi dengan dokter.
Mengapa PCOS berbahaya bagi kesehatan reproduksi?
PCOS berdampak langsung pada fungsi ovarium. Tanpa ovulasi yang teratur, siklus menstruasi menjadi kacau, dan peluang kehamilan pun menurun. Bahkan, PCOS merupakan salah satu penyebab infertilitas paling umum di kalangan perempuan.
Lebih jauh lagi, PCOS juga meningkatkan risiko komplikasi jangka panjang seperti diabetes tipe 2, hipertensi, kolesterol tinggi, dan bahkan kanker endometrium akibat penumpukan lapisan dinding rahim yang tak luruh secara teratur.
Apa penyebab PCOS?
Hingga kini, belum diketahui penyebab pasti PCOS. Namun, para ahli meyakini bahwa kombinasi beberapa faktor berperan, seperti:
- Faktor genetik: Jika ibu atau saudara perempuan memiliki PCOS, risikonya meningkat.
- Resistensi insulin: Ketika tubuh sulit menggunakan insulin dengan efisien, gula darah meningkat dan tubuh memproduksi lebih banyak insulin. Ini memicu ovarium memproduksi lebih banyak androgen.
- Peradangan ringan: Studi menunjukkan bahwa perempuan dengan PCOS cenderung memiliki kadar peradangan ringan dalam tubuh yang juga bisa memicu produksi androgen.
Bagaimana jika ternyata mengalami PCOS?
Meskipun PCOS adalah penyakit kronis – artinya tidak dapat disembuhkan – ada banyak cara untuk mengelola gejala Anda. Langkah pertama adalah berkonsultasi dengan dokter jika Anda merasa menderita PCOS setelah mengenali gejala-gejala yang disebutkan di atas. Ini akan memberi Anda akses ke pengobatan dan perawatan yang tidak akan Anda dapatkan sebelumnya. Ini bisa termasuk terapi hormon, yang sering digunakan untuk meningkatkan efektivitas insulin atau menurunkan produksi androgen.
Selain pengobatan dan perawatan, beberapa wanita memilih untuk menjalani diet bebas susu dan gluten, serta mengonsumsi banyak protein. Mengonsumsi makanan bebas gluten dapat membantu melawan resistensi insulin. Susu (dari ternak) bersifat inflamasi, sehingga memperburuk gejala nyeri haid. Dengan mengurangi konsumsi susu dan menambahkan lebih banyak protein, wanita dapat menyeimbangkan hormon dan mengelola gejalanya dengan lebih baik. Konsultasikan dengan dokter Anda tentang diet yang cocok untuk Anda berdua. Selain itu, dokter Anda mungkin merujuk Anda ke ahli gizi yang mungkin dapat menangani gejala spesifik Anda.
Secara lebih spesifik, mengelola hidup dengan PCOS dapat meliputi :
1. Pola makan seimbang
Fokus pada makanan dengan indeks glikemik rendah (seperti sayuran, biji-bijian utuh, dan protein tanpa lemak) untuk membantu mengatur gula darah. Kurangi konsumsi gula tambahan, makanan olahan, dan karbohidrat sederhana.
2. Aktivitas fisik teratur
Olahraga membantu meningkatkan sensitivitas insulin dan menyeimbangkan hormon. Kombinasi latihan kardio (seperti jalan cepat atau bersepeda) dan latihan kekuatan sangat disarankan.
3. Kelola stres
Stres kronis dapat memperburuk ketidakseimbangan hormon. Praktik seperti yoga, meditasi, journaling, atau sekadar me-time bisa sangat membantu.
4. Tidur berkualitas
Kurang tidur atau pola tidur tidak teratur dapat mengganggu metabolisme dan hormon. Pastikan tidur 7-8 jam per malam dengan rutinitas tidur yang konsisten.
Kapan harus ke dokter?
Jangan menunggu hingga gejala makin berat. Temui penyedia layanan kesehatan Anda jika Anda khawatir tentang menstruasi, jika Anda mengalami kesulitan hamil, atau jika Anda memiliki tanda-tanda kelebihan androgen. Ini mungkin termasuk pertumbuhan rambut baru di wajah dan tubuh, jerawat, rambut rontok hingga muncul kebotakan seperti pada pria. Sebaiknya periksakan diri ke dokter kandungan atau spesialis endokrinologi reproduksi. Diagnosis PCOS dilakukan melalui kombinasi wawancara medis, pemeriksaan fisik, tes darah hormon, dan USG ovarium. Yuk sehatkan perempuan!



