Kale terlihat berulangkali menggaruk siku dan lututnya beberapa hari belakangan ini. Kulihat ia sering mengoleskan beberapa minyak dan pelembab pada daerah itu. Sebagai teman satu kos, ingin sekali bertanya namun khawatir dianggap terlalu ikut campur urusan orang, maka kuperhatikan saja dirinya. Hingga suatu hari, ia memanggilku dari dalam kamarnya. Kebetulan kamar kami bersebelahan. Masuk ke kamar Kale, aku terkejut melihatnya bersender di tempat tidur sambil tak henti mengusap punggung tangan hingga siku lalu kaki. Kulihat ruam-ruam merah pada bagian tubuh itu. “Han, badanku rasa lemas, gatal. Aku tak bisa tidur sejak semalam, tolong temani aku ke Puskesmas dekat pasar itu, bisa Han. Tolong aku ya Han?” pintanya lirih.
Kebetulan hari ini aku kosong jadwal, begitu juga kutahu Budi dan Irwan juga sedang di kos, maka kami semua menemani Kale berobat ke Puskesmas pagi itu. Di ruang tunggu, iseng Budi bertanya padaku, apa Kale habis bunuh dan makan daging ular. Ia bertanya begitu karena memang Kale memiliki hobi keluar masuk hutan dan pulang selalu membawa hasil buruan dan memasaknya untuk kami, anak-anak kos. Yang dia bawa bisa beragam binatang, termasuk ular. “Han, Kale dikutuk Raja Ular mungkin, kok kulitnya seperti bersisik gitu, merah-merah gimanaaa…iya bener Han?” tanya Budi. Irwan dan aku memberikan isyarat tutup mulut, selain demi menjaga perasaan Kale, tentu juga agar kami tidak membiasakan diri bergosip di ruang periksa. Bisa semakin eror, apalagi jaman serba viral dan fomo begini. Kalau ada orang salah dengar lalu membuat berita aneh gegara mendengar percakapan kami, kan bisa kacau.
Setelah dilakukan serangkaian pemeriksaaan, kami diberitahu oleh tim medis Puskesmas bahwa teman kami menderita Psoriaris Arthritis, sejenis penyakit autoimun. Beruntung Puskesmas di tempat kami memiliki tim medis andal sehingga kami bisa segera mendapat hasilnya. Kale disarankan untuk menemui dermatologis di rumah sakit sesuai surat rujukan yang diberikan kepada kami. Dokter di Puskesmas itu juga menjelaskan bahwa nantinya Kale akan ditangani bukan hanya oleh dermatologis yang mengobati psoriasisnya, namun juga ditangani oleh reumatologis, untuk menangani arthritisnya.
Lalu apa yang sebenarnya terjadi pada Kale?
Psoriasis Arthtitis
Psoriasis adalah penyakit kulit kronis yang berkaitan dengan sistem kekebalan tubuh, dan artritis psoriatik adalah salah satu bentuknya.
Perbedaannya dengan bentuk artritis lainnya
Artritis psoriatik berbeda dengan jenis arthritis lain yang memengaruhi sendi secara asimetris. Perubahan jari tangan menjadi seperti sosis, yang juga dikenal dengan istilah Daktilitis, ditandai dengan pembengkakan pada jari tangan atau kaki, sering terjadi. Perubahan kuku seperti berlubang, bergerigi, dan terpisah dari dasar kuku sering juga bisa terjadi. Tidak seperti osteoartritis, yang disebabkan oleh keausan, artritis psoriatik terkait dengan disfungsi sistem kekebalan tubuh dan muncul bersamaan dengan psoriasis kulit.
Jadi, Artritis psoriatic/psoriaris arthtitis (PsA) adalah kondisi peradangan autoimun kronis yang dapat memengaruhi penderita psoriasis. Meskipun penyebab pastinya belum diketahui, kondisi ini diduga melibatkan respons imun yang salah, dengan faktor genetika dan lingkungan yang berperan. Tidak ada obatnya, tetapi perawatan dapat mengendalikan gejala, mengurangi peradangan, dan melindungi dari kerusakan sendi dan kulit.
Gejala umum yang sering muncul:
Masalah kulit: Dalam banyak kasus, gejala PsA didahului oleh timbulnya ruam kulit psoriasis. Ruam ini biasanya muncul sebagai bercak kulit merah yang menebal dan bersisik keperakan, paling sering di siku, lutut, dan kulit kepala.
Peradangan sendi: Anda mungkin merasakan sakit, kaku, dan bengkak pada satu atau lebih sendi. Sendi-sendi ini bisa terasa hangat saat disentuh. Kekakuan sendi sering kali terasa lebih parah di pagi hari atau setelah duduk terlalu lama.
Pembengkakan jari tangan dan kaki: Gejala khas PsA adalah pembengkakan seluruh jari tangan atau kaki yang membuat jari terlihat seperti sosis. Kondisi ini disebut dactylitis.
Perubahan pada kuku: PsA sering menyebabkan perubahan pada kuku tangan dan kaki, seperti kuku berlubang (pitting), kuku terpisah dari bantalan kuku, atau kuku rapuh dan berubah warna.
Nyeri pada kaki: Peradangan juga bisa terjadi pada area di mana tendon dan ligamen menempel ke tulang, terutama di bagian belakang tumit atau telapak kaki. Kondisi ini disebut enthesitis.
Kelelahan: Banyak penderita PsA melaporkan kelelahan ekstrem atau kekurangan energi yang tidak dapat dijelaskan
Pemicu potensial dan faktor risiko
Artritis psoriatik berkembang dari kombinasi faktor genetik, lingkungan, dan gaya hidup. Memahami faktor-faktor ini dapat membantu orang mengenali tingkat risiko mereka dan mengurangi kambuhnya penyakit. Apa saja dari ketiga faktor tersebut yang menyebabkan risiko seseorang terkena PsA?
- Predisposisi Genetik: Riwayat keluarga yang memiliki penyakit ini meningkatkan risiko menurunkan artritis psoriatic. Dengan gen seperti HLA-B27 berkontribusi terhadap kerentanan. Sekitar 40% kasus memiliki hubungan keluarga. HLA-B27 sendiri adalah protein yang ditemukan di permukaan sel darah putih, juga dikenal sebagai antigen leukosit manusia (HLA) B27. HLA ini membantu sistem kekebalan tubuh membedakan sel tubuh sendiri dari zat asing atau berbahaya. Namun, keberadaan antigen HLA-B27 ini terkait dengan peningkatan risiko terkena penyakit autoimun tertentu, di mana sistem kekebalan tubuh secara keliru menyerang sel-sel sehatnya sendiri. Salah satunya adalah risiko terkena PsA.
- Faktor Lingkungan: Lingkungan yang meningkatkan risiko terjadinya PsA adalah tingginya paparan asap rokok, kebiasaan mengkonsumsi alkohol melebihi yang disarankan, adanya infeksi, pengunaan obat-obatan tertentu. Cuaca dingin juga menjadi masalah karena memperburuk kondisi tubuh penderita PsA.
- Dampak Stres dan Gaya Hidup: Stres, kurang tidur, pola makan, dan kelebihan berat badan dapat memperparah peradangan. Syukurnya pola makan atau diet anti-inflamasi dapat membantu mengendalikan gejala.
Kami bertiga; aku, Budi dan Irwan sekarang sering menemani Kale baik untuk berobat ataupun sekedar membantunya merasa nyaman selama pengobatan. Jauh dari keluarga maka teman kos-lah keluarga paling dekat saat ini. Dari seringnya bersama, kami akhirnya tahu bahwa sakit Kale saat ini dipicu oleh beban hidup yang ia alami selama beberapa bulan. Terlebih lagi, memang ada riwayat keluarga yang pernah mengalaminya.
Stress yang tidak dikelola memicu PsA bahkan memperburuk
Dalam kondisi normal, stres sebenarnya adalah mekanisme alami tubuh untuk bertahan. Hormon kortisol dan adrenalin membantu seseorang fokus dan tanggap terhadap ancaman. Namun, bila stres berlangsung terus-menerus, tingkat kortisol tinggi secara kronis justru mengganggu keseimbangan sistem imun.
Akibatnya, sel-sel imun yang seharusnya melindungi tubuh menjadi terlalu aktif dan mulai menyerang jaringan sehat. Pada penderita psoriasis, reaksi ini menyebabkan peradangan kulit; pada psoriatic arthritis, peradangan meluas ke sendi dan jaringan ikat.
Yang sering tidak disadari adalah bahwa stres dan nyeri bisa saling memperkuat.
- Ketika seseorang stres, peradangan meningkat, gejala PsA memburuk.
- Ketika nyeri meningkat, kualitas tidur menurun, muncul kelelahan emosional dan stres baru.
Siklus ini bisa terus berulang tanpa disadari. Bagi banyak penderita, rasa sakit fisik dan tekanan mental berjalan beriringan, menimbulkan rasa putus asa atau bahkan depresi. Karena itu, penanganan PsA tidak cukup hanya dengan obat anti-inflamasi, tetapi juga membutuhkan perhatian terhadap kesehatan mental dan gaya hidup.
Sebuah studi di Journal of Rheumatology menemukan bahwa pasien PsA yang diketahui memiliki tingkat stres tinggi mengalami flare-up (gejala penyakit tiba-tiba memburuk atau kembali kambuh setelah dinyatakan sembuh) dua kali lebih sering dibandingkan mereka yang mampu mengelola stres dengan baik. Jadi, bukan hanya perasaan lelah yang muncul — tetapi juga nyeri sendi, kekakuan, dan kulit yang kembali meradang.
Penelitian dari Australia Arthritis menyebutkan tentng sebuah studi di tahun 2013 menemukan bahwa orang dengan PsA, yang mengalami kejadian traumatis di masa kecil – termasuk pelecehan fisik, emosional, atau seksual –, jumlahnya lebih banyak dibandingkan mereka yang tidak mengalami/melaporkan adanya trauma di masa kecil.
Dugaan salah tentang penyakit kulit yang berhubungan dengan mitos tentang siluman ular, kutukan dan sebagainya juga bisa menambah beban pada penderita PsA. Semakin terbebani mentalnya, semakin tinggi tingkat stressnya, maka semakin sulit mengelola penyakitnya.
Yang perlu dilakukan untuk mendukung kehidupan orang dengan kondisi PsA adalah mengelola stressnya, selain tentu saja penanganan teratur oleh dokter terkait.
Kelola stress dan hidup damai dengan PsA
Hidup dengan Artritis psoriatik (PsA) berarti mengelola gejala fisik dan emosionalnya melalui kombinasi perubahan gaya hidup, pengobatan, dan perawatan diri. Beberapa langkah penting meliputi menjaga pola makan sehat dengan banyak buah, sayur, dan ikan berlemak, serta mengurangi daging merah, gula, dan makanan olahan. Penting juga untuk berolahraga secara teratur namun sesuai kemampuan, seperti jalan kaki, berenang, atau yoga, dan berkonsultasi dengan terapis fisik untuk rencana yang sesuai.
Cara mengelola stress untuk PsA
Lakukan relaksasi: Teknik seperti meditasi, yoga, atau jalan santai dapat membantu mengurangi stres.
Prioritaskan tidur: Tidur yang cukup penting untuk pemulihan tubuh dan dapat membantu mengurangi peradangan dan nyeri.
Cari dukungan: Bicarakan dengan dokter atau profesional kesehatan mental untuk strategi mengelola stres dan depresi yang terkait dengan kondisi kronis.
Selalu ada cara untuk hidup bahagia.



