Berkunjung ke rumah Mbah Sar di Berbah adalah salah satu hal yang selalu kutunggu. Setiap kali Bapak mengajak ke sana, aku sudah membayangkan akan mendapatkan kejutan dan ilmu baru. Benar saja, belum ada 5 menit saat berkunjung hari Minggu lalu, ketika duduk di teras rumah beliau aku mendapati tumbuhan baru di meja sudut. Daunnya berkelopak-kelopak hijau tua berkilau, gemoy menggemaskan. Bunga mungil berwarna ungu cenderung merah jambu berderet rapi dalam tangkai-tangkai panjang yang muncul di sela dedaunan itu. Belum sempat aku bertanya, Budhe Nawang sudah menyodorkan semangkok mie goreng wangi sedap. dipayungi telur ceplok. Es jeruk nipis yang menyertai datangnya mie itu terasa berjodoh dengan hawa siang terik. Ketika aku mengernyitkan dahi saat menyantap mie, Budhe Nawang yang kemudian duduk di sampingku segera berkata, “Iya, ini memang bukan sawi hijau seperti biasa, mumpung daun-daun ginseng jawa sedang banyak di pekarangan belakang, kubuat saja sebagai campuran mie goreng kesukaanmu.” “Hah, orang Jawa punya ginseng juga seperti Korea Budhe?” tanyaku seraya tetap menyuapkan mie goreng lezat itu. “
“Namanya ginseng Jawa, tapi jangan membayangkan persis sama seperti ginseng Korea, Rani!” tiba-tiba Mbah Sar sudah berada di dekatku, padahal beliau tadi bersama Bapak sedang berkeliling di kebun belakang. “Belum pernah ketemu sama Sang Ginseng Jawa ini ya Ndhuk, tuh tanaman di depanmu itulah yang disebut ginseng Jawa. Yang ini sengaja ditanam Budhemu sebagai kembang hias, makanya diletakkan di meja teras ini. Lha kalau yang kamu makan itu, ada tuh di belakang. Mbah dan Bapakmu baru saja memetiknya di kebun untuk ibumu di rumah.” Untung makananku sudah habis ketika Mbah Sar menyelesaikan kalimat beliau tadi. Kuminta saja beliau menceritakan Sang Ginseng Jawa ini. Namun sebelum Mbah Sar melanjutkan kisah Ginseng Jawa ini, aku mohon ijin dulu untuk mencuci mangkokku dan menambahkan lagi es jeruk nipis yang segar itu.
Mengikut Mbah Sar dan Bapak yang lebih dahulu duduk di kursi tengah pendapa, aku pun lalu duduk dan berusaha menyimak baik-baik tuturan Mbah Sar tentang ginseng Jawa, yang menurut beliau, multiguna dalam kesehatan, sebagai tanaman hias hingga perawatan badan.
Mengapa disebut ginseng jawa?
Mbah Sar memulai tuturan beliau dari pertanyaanku, mengapa disebut ginseng Jawa? Talinum paniculatum, atau yang lebih dikenal sebagai ginseng Jawa, disebut demikian karena manfaat dan khasiatnya yang sebanding dengan ginseng Korea (Panax ginseng) yang lebih terkenal, terutama dalam meningkatkan stamina, daya tahan tubuh, dan kesehatan secara umum, meskipun secara botani keduanya berbeda.
Alasan tanaman Talinum paniculatum disebut ginseng Jawa antara lain adalah :
Adanya persepsi manfaat yang setara:
Tanaman ini telah lama digunakan dalam pengobatan tradisional, khususnya di masyarakat Jawa, untuk berbagai keperluan kesehatan seperti meningkatkan stamina, daya tahan tubuh, dan energi, sehingga dianggap memiliki khasiat setara dengan ginseng Korea.
Dari kandungan senyawa aktifnya:
Akar Ginseng Jawa mengandung senyawa kimia yang berkhasiat, seperti stigmast 5-en 3-ol (bsitosterol), yang bersifat androgenik. Daunnya juga kaya akan antioksidan, seperti triterpenoid, saponin, flavonoid, dan tanin, yang bermanfaat untuk melindungi tubuh dari radikal bebas dan meningkatkan kekebalan tubuh.
Penggunaan dalam obat tradisional:
Penggunaan Ginseng Jawa dalam ramuan obat tradisional, seperti untuk mengobati bisul, menambah nafsu makan, menambah ASI, dan bahkan impotensi atau lemah syahwat, serta TBC, telah memperkuat reputasinya sebagai tanaman berkhasiat.
Secara botani berbeda dari Ginseng Korea dan Amerika:
Penting untuk diingat bahwa Talinum paniculatum bukanlah ginseng pada umumnya seperti Panax ginseng (Ginseng Korea) atau Panax quinquefolius (Ginseng Amerika), meskipun namanya mirip. Nama “Ginseng Jawa” lebih merujuk pada khasiat dan penggunaannya sebagai pengganti atau alternatif dalam pengobatan tradisional.
Kolesom jawa, som jawa atau ginseng jawa (Talinum paniculatum) adalah spesies tanaman berbunga dari genus Talinum. Tanaman ini selain tumbuh di Asia dan Afrika juga banyak ditemukan di Amerika Serikat, Amerka Latin seperti Paraguay dan Uruguay serta Kepulauan Karibia. Di Filipina, orang mengenalnya sebagai bayam Filipina, Waterleaf (Limon), Cariri, , bunga Potherb Fame, Sweetheart, Jewels of Opar (Afrika), dan Som Jawa.. Di China juga sudah digunakan secara turun temurun untuk pengobatan. Mbah Sar, kemudian menambahkan, di Indonesia mungkin juga ada berbagai macam nama penyebutan Talinum paniculatum ini sesuai daerah tumbuhnya.
Pertumbuhannya
Tanaman ini merupakan herba yang tumbuh rendah dan, karenanya, biasanya ditanam untuk makanan, manfaat kesehatan, dan sebagai hiasan. Tanaman ini dapat tumbuh dalam kondisi yang keras dan menyukai iklim panas. Secara botani, Talinum paniculatum adalah herba tegak berdaging, tumbuh hingga setinggi 50 cm. Daunnya melingkar, lonjong-lanset, pipih, mengkilap, dan berwarna hijau cerah. Bunganya berada di malai terminal, kecil dan berwarna merah muda, serta tumbuh dalam perbungaan bercabang yang longgar dan berbunga banyak, berwarna merah muda cerah, dan berdiameter hingga sekitar 1,2 cm. Bunga-bunga individu pada tangkai berbulu berukuran kecil, tetapi tersusun rapi, terutama dengan kuncup dan buah berwarna merah seperti manik-manik.
Manfaatnya untuk kesehatan
Baik daun maupun akar dari tanaman ini memiliki manfaat. Budhe Nawang lalu diminta Mbah Sar untuk menerangkan apa saja manfaat daun dan akar tanaman ini.
Manfaat daun:
Daunnya dapat digunakan secara topikal untuk mengobati edema (pembengkakan pada tubuh karena tumpukan cairan pada jaringan tubuh), goresan kecil pada kulit, luka, dan lecet.. Talinum paniculatum populer dalam resep herbal untuk meningkatkan vitalitas, mengobati diabetes, masalah kulit inflamasi, gangguan gastrointestinal, kelemahan umum, kembung, sembelit, dan mual. Tanaman ini juga digunakan untuk menginduksi laktasi dan memulihkan fungsi rahim pasca persalinan. Untuk meredakan pembengkakan tubuh seperti bisul, pemanfaatannya dengan menumbuk daunnya menjadi tapal dan dibalurkan di bagian tubuh yang terkena bisul.
Manfaat akar:
Akar Talinum paniculatum dapat digunakan untuk meningkatkan energi setelah sakit, mengobati batuk, mengatur menstruasi, dan aliran urine. Rebusan akarnya digunakan untuk mengobati penyakit kudis, artritis, radang lambung, dan pneumonia
Potensi obat Talinum paniculatum kemungkinan besar disebabkan oleh tingginya kadar antioksidan dan senyawa seperti ginsenosida, asam fenol, flavonoid, saponin, dan tanin yang terkandung di dalamnya. Talinum paniculatum juga kaya akan vitamin dan mineral seperti vitamin C, zat besi, mangan, dan seng, yang dapat bertindak sebagai antioksidan eksogen yang diperoleh dari makanan nabati, sehingga dapat berperan penting dalam mengurangi stres oksidatif dan kerusakan sel.
Manfaatnya untuk kecantikan
Mencerahkan kulit:
Antioksidan dalam daun ginseng dapat membantu merangsang peremajaan kulit dan mencerahkan warna kulit.
Mencegah penuaan dini:
Kandungan antioksidan dan vitamin dalam daun ginseng dapat melindungi kulit dari kerusakan akibat radikal bebas, sehingga membantu mencegah munculnya kerutan dan garis halus.
Mengatasi masalah kulit:
Daun ginseng dapat membantu mengatasi masalah kulit seperti kulit kasar, kemerahan (rosacea), dan eksim.
Menjaga kesehatan kulit:
Kandungan nutrisi dalam daun ginseng dapat membantu menjaga kulit tetap sehat dan bercahaya.
Membantu pengelupasan sel kulit mati:
Daun ginseng dapat membantu meluruhkan sel kulit mati, sehingga kulit dapat beregenerasi dengan lebih baik.
Membantu mengatasi jerawat:
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa daun ginseng dapat membantu mengatasi jerawat dan mengurangi bekas jerawat.
Mengatasi kantung mata hitam:
Daun ginseng juga dipercaya dapat membantu mengatasi kantung mata hitam.
Melindungi kulit dari radikal bebas:
Kandungan antioksidan dalam daun ginseng dapat melindungi kulit dari kerusakan akibat radikal bebas, yang dapat menyebabkan penuaan dini dan masalah kulit lainnya.
Dengan berbagai manfaat tersebut, daun ginseng Jawa dapat menjadi pilihan alami untuk perawatan kulit yang efektif dan aman.
Beberapa cara pemanfaatan ginseng jawa
1. Rebusan Ginseng Jawa:
- Akar: Cuci bersih akar Ginseng Jawa, bisa segar atau kering. Rebus dalam air mendidih hingga empuk (sekitar 5 menit). Minum air rebusan atau konsumsi akarnya setelah direbus.
- Daun: Rebus daun ginseng jawa segar atau kering dalam air mendidih selama beberapa menit. Saring dan minum air rebusannya.
2. Diolah sebagai masakan:
Sebagai lalapan:
- Cuci bersih daun ginseng Jawa segar.
- Dapat langsung dikonsumsi sebagai lalapan.
- Perhatikan untuk tidak mengonsumsi dalam jumlah berlebihan karena mengandung asam oksalat. Asam oksalat yang membantu penyerapan mineral tubuh, jika jumlahnya berlebih selain menyebabkan muntah dan mual, efek paling berbahaya adalah adanya gangguan pada ginjal.
Ditambahkan ke dalam sup atau tumisan:
- Cuci bersih daun ginseng Jawa.
- Tambahkan ke dalam sup atau tumisan saat akan disajikan.
Daun ginseng Jawa cocok dipadukan dengan bawang putih, bawang merah, saus tiram, dan kecap.
Dibuat teh:
- Rebus daun ginseng kering atau segar dalam air mendidih selama beberapa menit.
- Saring dan minum air rebusannya selagi hangat.
- Teh daun ginseng dapat dinikmati tanpa tambahan gula.
Ditambahkan ke dalam smoothie:
- Cuci bersih daun ginseng Jawa.
- Blender bersama buah-buahan atau bahan lain sesuai selera.
Suplemen:
- Ginseng jawa juga tersedia dalam bentuk suplemen (kapsul atau bubuk kering).
Tips tambahan:
- Pilih ginseng jawa yang berkualitas baik dan segar.
- Cuci bersih semua bagian ginseng Jawa sebelum diolah.
- Konsultasikan dengan dokter atau ahli kesehatan sebelum mengonsumsi ginseng Jawa secara rutin.
- Ginseng Jawa memiliki rasa yang kuat, sedikit langu dan agak pahit, mulai dengan porsi kecil untuk mencobanya.
Dengan berbagai cara pengolahan ini, ginseng Jawa dapat dinikmati sebagai makanan sehari-hari atau sebagai bagian dari gaya hidup sehat.
Penting untuk diingat:
- Konsumsi daun ginseng Jawa secara teratur dalam jumlah yang wajar.
- Perhatikan kebersihan peralatan dan kualitas daun ginseng yang digunakan.
Konsultasikan dengan ahli kesehatan jika memiliki kondisi medis tertentu seperti gangguan ginjal, hipertensi atau sakit yang memerlukan kontrol dokter secara rutin atau sedang mengonsumsi obat-obatan
Efek samping daun ginseng jawa
- Gangguan Tidur: Konsumsi berlebihan dapat menyebabkan kesulitan tidur.
- Hipertensi: Penggunaan jangka panjang dapat meningkatkan tekanan darah.
- Reaksi Alergi: Beberapa orang mungkin mengalami alergi, terutama jika dikonsumsi berlebihan.
- Masalah Pencernaan: Dosis tinggi dapat menyebabkan mual, diare, dan sakit perut.
- Interaksi Obat: Daun ginseng Jawa dapat berinteraksi dengan obat-obatan lain, termasuk obat pengencer darah, insulin, dan obat hipertensi.
- Efek pada Kehamilan: Tidak dianjurkan untuk wanita hamil karena potensi efek pengenceran darah.
- Efek pada Bayi: Pemberian pada bayi sebaiknya dikonsultasikan dengan dokter.
Peringatan:
- Konsultasikan dengan dokter sebelum mengonsumsi daun ginseng Jawa, terutama jika memiliki kondisi medis tertentu atau sedang mengonsumsi obat-obatan.
- Hindari konsumsi berlebihan.
- Perhatikan reaksi tubuh setelah mengonsumsi daun ginseng Jawa, dan hentikan penggunaan jika muncul efek samping.
Pastikan suplemen daun ginseng Jawa yang Anda gunakan telah terdaftar dan memiliki izin edar dari BPOM.
Di akhir hari itu, aku bersyukur mendapatkan pengetahuan baru. Saat pulang, selain daun segar untuk ibu, Mbah Sar secara khusus memberikan 2 pot kecil untuk kami tanam di rumah. “Manfaatkan pekaranganmu untuk menunjang kehidupan, jangan lupa berbagi dengan tetangga ya Ndhuk!” begitu pesan Mbah Sar yang ditegaskan dengan senyum manis Budhe Nawang. Sore itu kami berpisah dan pasti akan berkunjung lagi…hmmm supaya dapat tanaman baru lagi eh ilmu baru yang bermanfaat.



