Apa Itu Skoliosis? Penanganan, Gejala dan Penyebab

Cari tau apa sih sebenarnya skoliosis? Apa saja penyebab dan juga gejalanya. Serta yang paling penting adalah bagaimana penanganannya.

Pagi yang cerah menebarkan keceriaan di sekolah Irene hari itu. Nampak anak-anak berbaris teratur memasuki ruangan kelas masing-masing. Irene bersama teman-temannya segera duduk manis begitu memasuki ruang kelas. Sesudah melakukan doa syukur pagi, Ibu guru memperkenalkan seorang tamu yang menyebut dirinya seorang penyehat masyarakat. Pak Bambang, begitu beliau menyebutkan nama, hendak memberikan sosialisasi tentang skoliosis dan memimpin kegiatan pemeriksaan skoliosis di sekolah Irene. Pak Bambang bersama tim akan melakukan kegiatan pemeriksaan selama 3 hari ke depan dan hari itu merupakan hari pertama yang diisi dengan pemaparan tentang skoliosis. Irene saat ini duduk di kelas 7, SMP Harapan Bangsa, sebelumnya, ia tidak pernah mendengar tentang skoliosis, maka dengan antusias, ia memperhatikan dengan baik penjelasan Pak Bambang. 

Skoliosis: tulang belakang yang melengkung

Mula-mula Pak Bambang menunjukkan gambar 3 orang anak seusia Irene. Ada yang postur tubuhnya lurus seperti dirinya, ada yang membungkuk lalu ada yang tubuhnya terlihat melengkung ke samping. Kata Pak Bambang, kondisi tubuh yang membungkuk disebut kifosis, sedangkan anak dengan tubuh miring itulah yang disebut mengalami skoliosis. 

Skoliosis adalah kondisi kelainan pada tubuh yang berupa kelengkungan pada tulang belakang. Tulang belakang melengkung ke samping secara tidak normal, menyerupai huruf “S” atau “C”. Meskipun sering terjadi pada anak-anak dan remaja, skoliosis juga dapat muncul pada usia dewasa. Tingkat keparahannya bisa bervariasi, mulai dari ringan tanpa gejala hingga berat yang menyebabkan nyeri dan gangguan fungsi tubuh. 

Penyebab skoliosis

Penyebab skoliosis bisa berbeda-beda tergantung jenisnya. Skoliosis idiopatik adalah jenis yang paling umum, dialami oleh sekitar 75-80 persen pasien. Untuk penyebab pastinya belum diketahui. Skoliosis ini sering muncul pada masa pertumbuhan, terutama saat pubertas (usia 10-15 tahun). Sekitar 15-25 persen lagi, disebabkan oleh kelainan yang diderita atau akibat penyakit tertentu. Dari penyebabnya, kita dapat mengelompokkan skoliosis menjadi seperti ini: 

  • Idiopatik: Penyebab secara jelas belum diketahui. Proses terjadinya tidak dipengaruhi usia, olahraga, maupun postur tubuh. 
  • Kongenital: Disebabkan oleh kelainan bentuk tulang belakang sejak lahir akibat dari pertumbuhan tulang yang tidak optimal. 
  • Neuromuskular: Terjadi akibat gangguan pada otot dan saraf, seperti kelumpuhan, cerebral palsy atau distrofi otot.
  • Degeneratif: Disebabkan kerusakan tulang yang terjadi secara perlahan-lahan. Sering terjadi pada orang dewasa akibat penuaan, arthritis, atau kerusakan diskus tulang belakang, osteoporosis, Parkinson.
  • Traumatik atau patologis: Disebabkan oleh cedera, infeksi, atau tumor di tulang belakang.

Faktor risiko skoliosis meliputi riwayat keluarga, usia (umumnya dimulai sebelum usia 15 tahun), dan jenis kelamin (lebih sering terjadi pada perempuan).

Baca juga:  Waspadai Nyeri Otot Lebih dari 2 Minggu!

Gejala atau tanda adanya skoliosis

Postur tubuh dengan skoliosis bisa ditandai dengan bahu yang tidak rata (bahu kanan dan kiri tidak sama tingginya). Begitu juga antara pinggang kanan dan kiri, ketinggian pinggul juga tidak rata sehingga bentuk tubuh terlihat miring. Salah satu kaki terlihat lebih panjang. Salah satu tulang belikat terlihat lebih menonjol. 

Pada saat Pak Bambang menerangkan tentang gejala atau tanda, terlihat beberapa teman Irene mulai sibuk meraba tubuh mereka sendiri dan terdengar agak gaduh. Irene sendiri mulai cemas karena merasa tulang belikatnya sepertinya menonjol. Tanpa sadar, ia memegang bahu dengan dahi berkernyit. Pak Bambang dan Ibu guru segera menyadari suasana gaduh tersebut, lalu menenangkan kelas dengan memberikan infornasi mengenai pemeriksaan. 

“Tenang anak-anak, untuk itulah saya dan tim Rumah Sehat datang ke sekolah ini. Mulai besok pagi, kami akan melakukan pemeriksaan kepada semua murid di SMP Harapan Bangsa. Nanti jika ada yang benar-benar mengalami skoliosis, tim akan berkoordinasi dengan sekolah dan orangtua dalam penanganannya. Sekarang kita lanjutkan dulu ya.“ Begitu kata Pak Bambang. 

Sebelum Pak Bambang melanjutkan, Bima nampak mengangkat tangannya.

“Ya, silakan Bima, ada pertanyaan?” demikian Ibu guru segera tanggap.

Bima lalu bertanya, “Apakah skoliosis bisa disembuhkan, Pak?”

Pak Bambang pun menanggapi pertanyaan itu dalam pemaparannya. 

Apakah skoliosis bisa disembuhkan?

Skoliosis tidak selalu bisa “disembuhkan” dalam arti tulang belakang kembali sepenuhnya lurus, terutama jika sudah parah atau ditemukan terlambat. Namun, dengan deteksi dini dan penanganan yang tepat, skoliosis bisa dikontrol agar tidak bertambah buruk dan tidak menyebabkan komplikasi.

Pada anak-anak dan remaja yang masih dalam masa pertumbuhan, skoliosis ringan sering dipantau secara berkala tanpa perlu tindakan medis. Untuk skoliosis sedang hingga berat, berbagai metode terapi bisa membantu memperbaiki postur, mengurangi nyeri, dan mencegah kelengkungan makin parah. Dalam beberapa kasus berat, pembedahan (seperti fusi tulang belakang) mungkin dianjurkan oleh dokter.

Bagaimana menangani skoliosis?

Penanganan skoliosis tergantung pada usia pasien, tingkat keparahan lengkungan, jenis kelamin (pria atau wanita) serta gejala atau keluhan. Beberapa pendekatan umum yang bisa dilakukan meliputi:

  1. Pemantauan (Observasi)
    Untuk skoliosis ringan yang tidak menimbulkan keluhan, dokter biasanya hanya melakukan pemeriksaan rutin setiap beberapa bulan untuk memantau perkembangan kelengkungan.
  2. Fisioterapi dan Latihan Terapi
    Terapi fisik seperti metode Schroth, latihan peregangan, dan penguatan otot bisa membantu memperbaiki postur, mengurangi rasa nyeri, dan meningkatkan fleksibilitas tubuh. Fisioterapis terlatih akan merancang program latihan sesuai kondisi pasien.
  3. Penggunaan Brace (Korset Penyangga)
    Penggunaan brace sangat baik untuk anak dan remaja terutama kondisi skoliosis bertumbuh. Penyangga menolong tulang tumbuh dengan baik dan menghambat pertumbuhan yang melengkung. Brace tidak meluruskan tulang belakang secara permanen, tapi bisa mencegah skoliosis memburuk.
  4. Pemberian obat pereda nyeri
  5. Pembedahan
    Jika skoliosis sudah berat (lebih dari 40–50 derajat kelengkungan) dan menyebabkan gejala serius seperti nyeri kronis atau gangguan paru-paru, maka operasi mungkin dibutuhkan. Prosedur umum yang dilakukan adalah spinal fusion, yaitu menyatukan dua atau lebih ruas tulang belakang
Baca juga:  Ingin Membakar Kalori Tanpa Olahraga Berat? Berikut Berbagai Solusi Mudahnya

Pemeriksaan untuk mendeteksi skoliosis

Untuk kegiatan pemeriksaaan awal skoliosis, anak-anak di SMP Harapan Bangsa akan menjalani pemeriksaan yang meliputi:

  1. Pemeriksaan postur: memeriksa bahu, tulang belakang, tulang rusuk dan pinggul. Apakah ada yang menonjol dari salah satu bagian tubuh yang diperiksa tersebut. 
  2. Pemeriksaan otot: anak-anak akan diminta melakukan beberapa gerakan dan pemeriksa akan melakukan tes untuk menilai kelenturan otot dan kekuatan otot di sekitar tulang belakang. 
  3. Adam Test : anak-anak akan diminta membungkuk dengan posisi kaki rapat, lutut lurus, dan tangan tergantung lurus, sehingga pemeriksa bisa mengetahui simetri tulang belakang, bahu, dan pinggul saat pasien membungkuk.
  4. Pemeriksaan syaraf: meliputi pemeriksaan sensori, motorik dan refleks

Pemeriksaan ini juga untuk melihat apakah anak-anak mengalami gangguan dalam melakukan kegiatan sehari-hari seperti menulis, berjalan, atau gerakan sederhana lain yang biasa dilakukan dalam hidup keseharian sebagai remaja. Pemeriksaan lebih lanjut baru akan dilakukan seperti X-Ray, CT Scan, MRI jika ditemukan kondisi skoliosis berat. Dan mengingat usia anak-anak masih remaja, Pak Bambang berharap, dengan penanganan tepat, kepatuhan pasien dan keluarga dalam mengikuti jadwal terapi dari fisioterapis atau pun dokter, anak-anak dapat tumbuh baik dan sehat. 

“Nah anak-anak, proses penanganan untuk pasien skoliosis bertahap dan disesuaikan dengan berat ringan kondisi pasien. Tim kami akan mendampingi proses penanganan dan memberikan pelayanan sesuai kondisi kalian dan keluarga. Jadi nanti sampai di rumah, tolong sampaikan kepada orangtua kalian, bahwa pemeriksaaan ini bermanfaat sebagai deteksi awal supaya kelak, jika ada yang terkena skoliosis, dapat segera ditangani sehingga tidak berakibat fatal. Kalian juga bebas bertanya dan berhak mendapatkan informasi sejelas mungkin tentang penyakit ini, baik pada hari ini maupun saat pemeriksaan nanti.” Pungkas Pak Bambang. Ibu guru lalu melanjutkan dengan memberikan penjelasan teknis tentang proses pemeriksaan besok pagi hingga lusa.   Sesudah itu membagikan surat yang ditujukan kepada orangtua siswa tentang kegiatan pemeriksaan skoliosis di SMP Harapan Bangsa. Sesudah anak-anak berterima kasih kepada Pak Bambang, beliau pamit undur diri. Kebetulan bel istirahat pertama berbunyi maka anak-anak pun menyusul keluar kelas untuk beristirahat. 

Avatar untuk Yanne E.S

Tentang Penulis

Ibu penuh waktu yang hobi berenang, piknik, menulis, membaca. Peduli kesehatan dan kesejahteraan sesama makhluk bumi. Alumni Pelatihan Terapis Kinesio Indonesia.

Bagikan

Referensi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Sebelumnya

Playlist Lagu Spotify yang Cocok untuk Ngegym 2025

Selanjutnya

Hyrox: Apa Itu, Manfaat, dan Tips Lengkap

Program Latihan

Killer Abs

Kesulitan

Mudah

10

menit

Alat

Tanpa Alat

Otot

Fleksor Pinggul, Inti (Core), Perut Bawah, Perut Samping, Perut Six Pack

Killer Abs

Bakar Kalori & Lemak Workout

Kesulitan

Menengah

13

menit

Alat

Tanpa Alat

Otot

Betis, Bokong, Fleksor Pinggul, Hamstring, Paha Depan, Perut Six Pack

Bakar Kalori & Lemak Workout

Full Body – Membara!! Workout

Kesulitan

Susah

6

menit

Alat

Pull-up Bar

Otot

Betis, Dada, Hamstring, Paha Depan, Sayap / Lats, Trapezius, Trisep

Full Body – Membara!! Workout

Lihat semua program latihan