Sragen yang biasanya panas terik, sudah beberapa hari ini diterpa hujan lebat. Kadang didahului mendung kadang tidak. Untung di rumah, Simbah selalu menyimpan persediaan bubuk kelor. Simbah memang rutin minum seduhan bubuk kelor dengan madu dua kalo seminggu untuk menjaga kesehatan beliau. Sekarang sejak hujan mulai sering datang, ibu setiap dua hari sekali memberikan segelas susu kedelai yang dicampur setengah sendok teh bubuk kelor untuk Arkha dan Kezia. Mengkonsumsi daun kelor bukan hal asing bagi anak-anak. Sejak mereka lepas ASI, kelor menjadi salah satu sayuran yang dikonsumsi. Namun sejak kapan sebenarnya kelor dapat dimanfaatkan oleh anak-anak. Dan apakah bayi juga bisa mengkonsumsinya?
Kelor, Superfood pendamping tumbuh kembang anak
Sudah banyak orang mengenal kandungan nutrisi pada daun kelor. Sayuran ini kaya akan asam amino, antioksidan, dan senyawa anti-inflamasi. Selain itu, ia juga mengandung vitamin dan mineral tingkat tinggi seperti zat besi, kalsium, vitamin A, B, C, dan E. Zat-zat ini dibutuhkan untuk pertumbuhan tulang dan otot, perkembangan otak, serta kulit dan rambut.
Oleh karena kandungan gizi dan nutrisi yang terdapat di dalamnya, kelor yang oleh sebagian hali gizi disebut sebagai superfood karena manfaatnya, sangat disarankan untuk diberikan kepada anak-anak. Bukan hanya untuk anak, untuk bayi yang baru mengenal makanan sesudah menjalani ASI eksklusif selama 6 bulan, sangat baik untuk membantu tumbuh kembangnya.
Kelor sangat baik karena mengandung banyak nutrisi tambahan, yang membantu anak untuk berkembang dengan sehat. Jadi, Kelor dapat digunakan untuk membuat sup atau dipadukan bersama daging cincang, kaldu tulang, dan bahan makana lainnya.
Manfaat kelor pada tumbuh kembang anak
Beberapa manfaat mengkonsumsi daun kelor bagi tumbuh kembang anak antara lain:
Mencegah Stunting
Menurut penelitian dr. Theresia Monica Rahardjo, seorang Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Maranatha Bandung, balita yang menderita stunting dapat diberi olahan daun kelor secara rutin. Hasilnya, balita tersebut akan secara gradual mengalami perbaikan kondisi, dari kondisi stunted berat ke sedang, sedang ke ringan, dan ringan ke normal. Hasil penelitian dokter Mo tentang manfaat daun kelor untuk pencegahan stunting, telah dipublikasikan dalam buku yang berjudul “Daun Kelor, Stunting, dan Ketahanan Nasional.”
Meningkatkan kekebalan tubuh:
Daun kelor membantu memperkuat daya tahan tubuh anak untuk melawan infeksi dan penyakit.
Mendukung perkembangan otak dan fisik:
Zat besi dalam daun kelor sangat penting untuk mengangkut oksigen ke seluruh tubuh, yang mendukung perkembangan otak dan mencegah kurangnya fokus.
Membantu pembentukan tulang dan gigi:
Kandungan kalsium dan fosfor dalam daun kelor penting untuk kesehatan tulang dan gigi.
Mencegah anemia:
Daun kelor merupakan sumber zat besi yang baik untuk memenuhi kebutuhan harian anak dan mencegah anemia.
Meningkatkan metabolisme
Anak-anak masih dalam masa pertumbuhan, sehingga metabolisme mereka sangat baik. Namun, laju metabolisme akan menurun ketika anak-anak sakit, cedera, atau memiliki masalah emosional. Konsumsi kelor secara teratur akan memastikan metabolisme tetap normal. Selain itu, mengonsumsi kelor secara teratur juga membantu pertumbuhan tinggi dan berat badan anak.
Mempercepat penyembuhan luka:
Anak-anak sangat aktif dan kreatif, sehingga mereka sering terluka. Untuk luka kecil atau goresan, cukup oleskan sedikit bubuk daun kelor ini untuk mempercepat penyembuhan luka. Selain itu, bubuk kelor juga ampuh memudarkan bekas luka pada kulit.
Mempercantik kulit
Daun kelor merupakan nutrisi yang sangat baik untuk kulit bayi karena kandungan vitamin A, C, dan E-nya yang tinggi. Selain itu, kelor dapat membantu melindungi anak-anak dari ruam, eksim, dan penyakit kulit lainnya. Mengoleskan sari kelor pada kulit dapat membantu anak-anak memiliki kulit yang berkilau dan halus.
Bagaimana menyajikan kelor kepada Anak-anak?
Untuk bayi dalam tahap penyapihan: buat bubur saring dengan melumat atau merebus daun kelor. Selalu mulai dengan porsi kecil dan bentuk terhalus. Jika tidak ada reaksi alergi, gangguan pencernaan, bisa diteruskan dengan porsi yang semakin banyak. Juga bisa dikombinasikan dengan bubur nasi dan ayam, bubur beras merah, lalu nasi tim.
Ketika mereka sudah bisa makan nasi: Daun kelor bisa dimasak dengan resep favorit keluarga misalnya sup, sayur bening atau ca. Untuk nutrisi tambahan, kelor bisa dipadukan dengan bahan makanan lain seperti kaldu, daging, telur atau sumber protein lain.
Resep olahan daun kelor saat ini banyak diresepkan baik untuk makanan rumahan maupun makanan dan minuman kekinian. Pemerhati tumbuh kembang anak dan keluarga dapat berkreasi sesuai kebutuhan anak. Bisa juga berkonsultasi dengan ahli gizi jika diperlukan sehingga tumbuh kembang buah hati semakin optimal dengan dukungan superfood, daun kelor.
Saat ini daun kelor telah tersedia dalam bentuk bubuk sehingga memudahkan orangtua menyajikannya untuk anak. Bentuk bubuk juga lebih tahan lama dan praktis dibawa kemana pun, cocok untuk gaya hidup jaman sekarang jika harus sering bepergian atau tinggal dalam lingkungan dengan pekarangan terbatas.
Daun segar vs bubuk kelor: Mana lebih baik?
Seiring kemajuan teknologi, daun kelor kini juga bisa dikonsumsi dari wujud bubuk. Mana yang akan dipilih tergantung kebutuhan dan ketersediaan di setiap keluarga tentunya. Manakah yang lebih baik dari keduanya? Berikut daftar untuk sekilas membandingkan kelebihan dan kekurangan keduanya.
| Bentuk | Kelebihan | Kekurangan |
| Daun segar | Vitamin dan enzim utuh; | Tidak tahan lama dan agak repot jika keluarga punya mobilitas tinggi. |
| Bubuk kelor | Praktis, tahan hingga 6–12 bulan; mudah dicampur makanan | Sebagian vitamin C berkurang saat dikeringkan |
Jika ingin kepraktisan, bubuk kelor bisa jadi pilihan. Nutrisi tetap terjaga asalkan proses pengeringan dilakukan dengan suhu rendah. Warnanya harus hijau cerah, tidak berbau tengik, dan tidak menggumpal.
Cara menambahkan bubuk kelor ke dalam makanan dan minuman anak
- Minuman: Campurkan bubuk kelor ke dalam jus, smoothies, atau susu anak. Anda juga bisa menyeduh bubuk kelor dengan air panas atau dingin dan menambahkan madu jika rasanya kurang enak.
- Sup: Tambahkan bubuk kelor saat memasak sup. Bisa dicampur dengan daging cincang atau sayuran lainnya.
- Makanan semi-solid: Gunakan bubuk kelor untuk membuat baby cookies atau puding yang disesuaikan dengan usia bayi atau balita, seperti yang dijelaskan dalam studi dari Institutional Repository UNS.
- Taburan: Taburkan bubuk kelor secukupnya pada makanan seperti muffin, cookies, atau salad.
Penting diperhatikan saat konsumsi daun kelor
- Konsumsi kelor secukupnya. Tanaman ini kaya akan nutrisi, vitamin C, dan kalsium. Jika dikonsumsi berlebihan, akan menyebabkan kelebihan kalsium dan vitamin C, yang dapat berdampak buruk bagi kesehatan. Berikan bubuk kelor dalam porsi kecil saja, misalnya sejumput per hari sudah lebih dari cukup, dan jangan lebih dari 50–70 gram per hari atau setara sekitar 10–15 sendok teh bubuk kelor
- Konsumsi di malam hari dapat menyebabkan sulit tidur/insomnia.
- Ibu hamil dilarang mengonsumsi kelor: Seperti yang telah disebutkan, kelor mengandung alfa-sitosterol yang menyebabkan kontraksi otot polos rahim dan keguguran. Ibu hamil di awal kehamilan sama sekali tidak boleh mengonsumsi kelor demi keselamatan bayi dan ibu.
- Reaksi anak: Selalu perhatikan reaksi anak saat diperkenalkan dengan makanan baru yang mengandung kelor untuk memastikan tidak ada reaksi alergi atau masalah pencernaan.
- Superfood bukan berarti dikonsumsi setiap hari. Tetap kombinasikan dengan makanan lain dan tidak perlu mengkonsumsi setiap hari. Apapun yang berlebihan tetap tidak baik termasuk konsumsi kelor.
- Konsultasi dengan dokter anak atau ahli gizi. Jika ragu dan anak memiliki kondisi kesehatan tertentu tetaplah berkonsultasi dengan dokter atau ahli gizi dalam pemanfaatannya.
Selamat memanfaatkan anugerah alam dalam daun kelor. Tetap bijak dalam penggunaannya.



