Apa Itu Frozen Shoulder?

Penggunaan gadget yang berlebihan, pola tidur yang kurang baik dan gaya hidup yang tidak sehat dapat menyebabkan kekakuan sendi bahu. Kekakuan sendi bahu atau Frozen Shoulder ditandai dengan adanya rasa nyeri pada bahu bahkan hingga leher, terutama saat melakukan aktivitas yang melibatkan sendi bahu.

Sudah sebulan lebih, Tante Maya tidak bisa membuat kue-kue lezat kesukaan keluarga. Bahu kirinya terasa nyeri hebat bahkan beberapa kali beliau merasakan nyeri itu sampai ke jemari tangan. Bahu itu terasa sakit dan susah digerakkan untuk meraih peralatan membuat kue yang disimpan rapi di rak bagian atas dapur kesayangannya. Mulanya Tante Maya mengira hanya linu biasa dan cukup dipijat sendiri dengan minyak gosok, kadang diberi krim pereda nyeri dari mini market sebelah rumah. Namun akhirnya ia menyerah dan meminta saranku agar penyakitnya segera sembuh dan bisa membuat lagi kue yang enak.

Mengenal Frozen Shoulder

Beruntung ada yang pernah memberitahuku tentang klinik yang khusus menangani masalah otot dan sendi milik Bu Ayu. Kusanggupi mengantar Tante Maya ke klinik kinesioterapi yang untungnya tidak jauh jaraknya dari rumah. Tiba di sana, klinik terlihat tidak begitu ramai.  Sesudah mengisi form pendaftaran, Bu Ayu langsung memeriksa Tante. Mulanya Tante diminta posisi berdiri.  Bu Ayu terlihat memperhatikan keseluruhan postur, dari depan hingga belakang, juga samping kanan dan kiri. Kemudian meminta Tante Maya duduk di bed terapi dan melakukan gerakan pada leher serta bahu. Tante Maya terlihat cukup kesulitan ketika diminta menggerakan tangan ke atas atau ke belakang tubuh. Rasanya tangan itu hanya terangkat sedikit dengan ekspresi wajah yang menahan sakit.  

Dari keterangan Bu Ayu, Tante Maya mengalami kekakuan sendi bahu atau dalam dunia persendian dan otot disebut Frozen Shoulder.  Pengenalan adanya frozen shoulder ditandai dengan adanya rasa nyeri pada bahu bahkan hingga leher, terutama saat melakukan aktivitas yang melibatkan sendi bahu sehingga yang bersangkutan ketakutan menggerakan sendi bahunya. 

Keadaan seperti ini apabila dibiarkan dalam waktu yang relatif lama menjadikan sendi bahu akan menjadi kaku. Kekakuan pada sendi bahu dikenal dengan istilah “Frozen Shoulder”, karena arti dari kata frozen itu sendiri adalah dingin/ beku/ kaku, sedangkan shoulder adalah sendi bahu.

Frozen Shoulder (Adhesive Capsulitis)

Kondisi ini banyak terjadi pada perempuan dan pria berusia 40 hingga 60 tahun. Namun sekarang juga banyak ditemukan pada banyak anak muda berusia kurang dari 30 tahun karena kebiasaan buruk saat menggunakan gawai berlebihan, pola tidur yang kurang baik dan gaya hidup tidak sehat. Perempuan lebih banyak mengalami kondisi ini karena pengaruh hormon, aktivitas harian yang terlalu banyak melibatkan pergerakan bahu seperti memasak, mencuci dengan tangan dan  seterusnya, ditambah tidak cukup istirahat juga  pola makan yang kurang seimbang.

Baca juga:  Olahraga di Kalangan Gen Z: Gaya Hidup yang Berbeda dengan Generasi Sebelumnya dan Dampaknya

Frozen Shoulder pada anak muda

Bu Ayu bercerita bahwa dalam beberapa minggu ini, pasien dengan keluhan seperti Tante Maya cukup banyak. Di antara pasien itu, tidak hanya orang seusia Tante namun juga ada 3 orang anak muda yang mengunjungi kliniknya. Menurut beliau, cara beaktivitas anak muda mempengaruhi resiko terkena kaku sendi itu. Kegiatan luar ruang yang aktif dan kegiatan pasif rumahan memiliki resiko yang sama. 

Ya, saya sempat gugling ketika Bu Ayu hening, sedang serius menangani Tante.  Mengutip dari Sports Health, banyak anak muda secara aktif terlibat dalam berbagai kegiatan, termasuk olahraga, rekreasi, dan berbagai pekerjaan yang menuntut kekuatan fisik. Beberapa aktivitas tersebut memberikan tekanan ekstra pada persendian bahu dan pergelangan tangan. Tanpa pemanasan yang cukup atau persiapan fisik yang memadai atau teknik yang benar,  akan menciptakan situasi di mana tekanan ekstra pada persendian bahu dan pergelangan tangan dapat mencapai tingkat maksimal. Inilah yang menjadi resiko terjadinya kekakuan pada bahu hingga tangan. 

Kebalikan dari aktivtas luar ruang yang aktif adalah kebiasaan rebahan, menggunakan gawai untuk bermain game dengan cara duduk yang kurang memperhatikan keseimbangan postur dan dilakukan berjam-jam, Aktivitas ini memaksa tubuh untuk terus-menerus melakukan gerakan tangan dan bahu dalam pola tertentu tanpa memberikan waktu istirahat yang cukup dapat menyebabkan peradangan dan kelelahan pada jaringan otot dan ligamen.

Penanganan atau treatment

Tante Maya beruntung datang ke klinik kinesioterapi Bu Ayu karena terapisnya sangat informatif. Sembari melakukan pemeriksaan dan terapi, Bu Ayu secara perlahan menjelaskan apa saja yang ia lakukan. 

Pertama, ia melakukan Soft Tissue Approach . Karena kondisi Tante Maya akut, maka hanya diberikan massage ringan dengan teknik efflurage pada otot-otot di sekitar persendian bahu tanpa trigger point (titik pencetus sakit), serta diberikan krim yang dapat menurunkan inflamasinya 

Baca juga:  Sering Halu dan Tiba-tiba Ngamuk? Jangan Dulu Ke Psikiater, Bisa Jadi itu Gejala Stroke!

Menurut Bu Ayu, jika terapi pertama tidak bertambah sakit, maka kunjungan berikutnya terapi ditingkatkan, baik untuk pemijatan maupun dosis pemberian US/ultrasound, sejenis alat bantu dengan gelombang suara yang biasa digunakan mengatasi cedera otot dan tulang.   

Masih ada beberapa seri treatment atau penanganan yang akan dilakukan, disesuaikan dengan perkembangan kondisi Tante Maya. Menurut Bu Ayu, jika disiplin dan rutin melakukan kunjungan sesuai jadwal yang beliau berikan, mengingat kondisi tante Maya, dalam 3 bulan ke depan, bahu akan semakin mudah digerakkan dan nyeri semakin berkurang. Selebihnya tinggal kontrol setiap 3 bulan hingga benar-benar sembuh.

Exercise dan peregangan

Diberikan pada terapi berikutnya secara bertahap dan semampu pasien, antara lain : 

  • Strecthing basic (terutama bagian atas) 
  • Gerakan jari merayap pada dinding 
  • Gerakan Sirkumduksi Shoulder 
  • Gerakan Towel Exercise 
  • Gerakan stretching otot bahu.

Di akhir terapi pertama itu, Bu Ayu memberikan jadwal kunjungan berikutnya disertai catatan tentang apa saja yang kira-kira akan dilakukan tante Maya di klinik tersebut. Serangkaian model gerakan terapi dicatatkan sebagai tahapan penyembuhan.  Sambil melepas kami meninggalkan ruang terapinya, beliau berpesan, “Pastikan untuk tetap jaga postur tubuh sebaik mungkin, kurangi kebiasaan buruk dan tetap menjalani stretching atau peregangan tubuh!”.  “ Sampai jumpa lagi!” 

Avatar untuk Yanne E.S

Tentang Penulis

Ibu penuh waktu yang hobi berenang, piknik, menulis, membaca. Peduli kesehatan dan kesejahteraan sesama makhluk bumi. Alumni Pelatihan Terapis Kinesio Indonesia.

Bagikan

Referensi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Sebelumnya

Lifehack!! 14 Kegiatan Fisik Sehari-Hari yang Sehat untuk Menjaga Kebugaran Tubuh

Selanjutnya

Mengetahui Beberapa Jenis Olahraga yang Aman dan Tanpa Cedera untuk Penderita Obesitas

Program Latihan

Bakar Kalori & Lemak Workout

Kesulitan

Menengah

13

menit

Alat

Tanpa Alat

Otot

Betis, Bokong, Fleksor Pinggul, Hamstring, Paha Depan, Perut Six Pack

Bakar Kalori & Lemak Workout

Full Body – Membara!! Workout

Kesulitan

Susah

6

menit

Alat

Pull-up Bar

Otot

Betis, Dada, Hamstring, Paha Depan, Sayap / Lats, Trapezius, Trisep

Full Body – Membara!! Workout

Tabata Workout

Kesulitan

Susah

8

menit

Alat

Tanpa Alat

Otot

Bahu, Betis, Bokong, Dada, Hamstring, Paha Depan, Perut Six Pack, Trisep

Tabata Workout

Lihat semua program latihan